Kamis, 20 Maret 2014

Tuhan Sibuk Mengawasi Langkah Kita


Tujuh tahun lalu, seorang perempuan muda menginjakkan kaki di wilayah perkantoran mewah. Dia baru saja lulus ujian. Belum juga wisuda. Tetapi dia diterima sebagai Technical Writer di sebuah software house di Sudirman. Dia nyaman sekali bekerja di sana. Atasan baik. Teman-teman asyik. Kawasannya asri, bersih dan teratur. Banyak lagi ilmu yang dia dapatkan. Apalagi, ketika bos besarnya mencemplungkan dia di bidang Media, dia tambah bahagia dan nyaman.

Sayangnya, tidak ada yang stabil di dunia ini. Karena berbagai alasan plus doa, dia pindah ke perusahaan besar di wilayah Mangga Dua. Sebulan pertama, dia berusaha beradaptasi. Enam bulan berikutnya, dia masih juga berjuang beradaptasi. "Perpindahan ini membuat duniaku seperti roller coaster." tutur dia. Ternyata dia kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan, kultur dan wilayah di tempat kerja barunya yang berbeda sekali dengan kantor lama dia. Selain itu, keputusan pindah ini telah membuat efek domino ke segala area dalam kehidupannya. Alhasil, banyak hal yang biasanya bisa dikerjakan, tidak berhasil diselesaikan. Dan dia merasa malu, bersalah dan gagal. Pikiran mumet. Keluh kesah pun terlontar. Kondisi fisik pun menjadi sasaran empuk. Dia bertanya-tanya, apakah keputusannya salah? Apakah dia salah mendengar jawaban doa?

Hari ini, dia berkunjung ke Plaza Bapindo. Dia mau mengambil SPT. Teman-teman lamanya menatap dia. Mereka berkata dia tampak ceria dan sehat. Mereka masih mengalami apa yang telah dia tinggalkan. Kondisi yang sedang mereka alami tidak juga lebih ringan dari keadaan dia. Dia termenung saat dia duduk mikrolet 66 dalam perjalan pulang.

Tuhan mengingatnya pada sebuah kisah yang telah diabadikan ketiga murid-Nya; Matius, Markus dan Yohanes.
Pada suatu malam, beberapa mil dari pantai danau Galilea, murid-murid Yesus sedang berada di atas perahu. Tiba-tiba ada angin sakal - angin yang kencang (Yohanes 6:18). Mereka susah payah mendayung. Tetapi mereka tidak bisa juga sampai ke tujuan mereka, Betsaida (Markus 6:48).
Beberapa jam kemudian, Tuhan yang sudah selesai berdoa di atas bukit muncul dan melihat kesulitan murid-muridNya. Dia pun menghampiri mereka (Yohanes 6:19). Kemunculan Dia membuat mereka berteriak-teriak ketakutan (Markus 6:49). Karena Dia sedang berjalan di atas air! Mereka mengira telah melihat sosok hantu. Bahkan Petrus meminta pembuktian. Jika sosok itu adalah Yesus, maka Petrus bisa berjalan di atas air dan mendekat pada-Nya atas perintah-Nya. 
Lalu Tuhan membuktikan kepada Petrus dan murid-murid lainnya, kalau Petrus bisa berjalan hingga tiupan angin membuat nyalinya menciut dan dia pun mulai tenggelam. Tuhan mengulurkan tanganNya dan memegang Petrus. Dan Tuhan pun berkata, "Hai orang tidak percaya, kenapa kamu bimbang?" Setelah itu, Yesus naik ke perahu bersama Petrus. Angin sakal itu  pun reda. - Matius 14:22-23, Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21.

Uniknya, di dalam ketiga kitab injil itu tidak mencatat mereka ketakutan karena perahu mereka diombang-ambing gelombang. Mereka juga tidak berdoa meminta pertolongan Tuhan. Mereka hanya tercatat sedang bersusah payah melawan gelombang itu. Lalu Alkitab juga mencatat ketakutan mereka ketika melihat sosok Tuhan yang berjalan di atas air. Mereka mengira Dia adalah hantu.

Perempuan itu menarik kesimpulan kalau dia bisa nyaman sekali walau di tengah permasalahan yang sangat krusial di kantor lama dia. Seperti murid-murid Yesus susah payah mendayung di tengah angin sakal. Lalu Tuhan berinisiatif menolong dia, tetapi cara dan waktu-Nya tidak seperti apa yang diduganya. Dia pindah ke kantor baru dan ketakutan menghadapi segala perubahan yang harus terjadi. Sebenarnya, seperti Yesus terhadap Petrus, Tuhan ingin menarik perempuan ini melangkah dengan iman, berjalan bersama dengan Tuhan di tingkatan yang baru. Dia menolong dia. Sering banget. Sayangnya, perempuan ini masih bimbang kuasa Tuhan. Akhirnya dia masing sering terperosok dalam putaran kemumetan di pikiran dia. Dan tidak bergantung pada Tuhan.

Saat ini, Tuhan menyadarkan dia lewat kisah murid-murid Yesus. Dan janji-Nya di Mazmur 37:23-24 Amplified
The Steps of a [good] man are directed and established by the Lord when He delights in his way [and He busies Himself with his every step]. Though he falls, he shall not be utterly cast down, for the Lord grasps his hand in support and upholds him.
Tuhan mengarahkan dan menetapkan langkah-langkah orang baik yang hidupnya berkenan kepada-Nya [dan Dia menyibukkan dirinya di setiap langkahnya]. Sekalipun dia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menggengam tangannya dalam dukunganNya dan mengangkat dia naik. 
Jadi perempuan itu bertekad untuk tetap bertekun di dalam kondisi dia. Ketika dia sedang tidak yakin apa yang Tuhan sedang kerjakan dalam situasi dan kondisi yang dia alami, dia akan membaca Mazmur 37.
Mengambil satu langkah itu baik besar ataupun kecil adalah sebuah keputusan yang tidak mudah.Tetapi bertahan pada keputusan itu dan tetap percaya pada karakter Tuhan lebih tidak mudah. Bertekunlah dan kita melihat kuasa Tuhan terjadi dan perjalanan kita berhasil. 






Tidak ada komentar: