Jumat, 16 Oktober 2015

Aku Adalah Mantan Perampok


Aku adalah Mantan Perampok

Tadi sore, aku duduk bareng dengan mentorku di sebuah lobi apartemen. Kita duduk di sofa Itali yang empuk. Kita berbincang-bincang mengenai dirinya dan diriku. Lalu aku terhantam suatu kebenaran yang menyakitkan. Aku menyadari, aku ini seorang perampok.

Jika kalian menatap aku, kemungkinan besar kalian takkan menduga aku perampok. Aku tidak berperawakan tinggi dan kekar. Aku juga tidak bersuara lantang dan mengintimidasi. Aku tipe anak manis dan penurut. Tetapi aku mengambil dengan paksa, barang berharga yang bukan hanya untukku saja.

Apa barang itu?

Baiklah. Aku telah mengambil suatu kebenaran dari kalian. Kebenaran itu, kalau sampai kalian menerimanya, kalian akan hidup merdeka.

Saat ini, sadarkah kalian apa yang telah kurampok? Kemerdekaan kalian.

Kebenaran ini kusimpan di kotak harta  karunku. Tak seorangpun bisa mengambilnya tanpa persetujuan aku. Dan aku terus menimbun serta menambahkannya seperti orang serakah yang tak pernah puas.

Aku keji? Memang.  Dan aku minta maaf.

Aku mengakui, pikiranku salah. Aku menganggap diriku kurang mampu untuk menyampaikan kebenaran kepada kalian. Selain itu, aku berpendapat, banyak penulis  yang lebih cakap dibanding aku. Jadi, semuanya tetap akan berjalan sekalipun aku diam.

Namun, setelah aku membaca buku Dr. Myles Munroe dan berbincang dengan mentor. Aku menyadari, kehadiran kita ke dunia, membawa sebuah maksud dari Allah Bapa. Di dalam maksud tersebut, Sang Penenun tak lupa memasukkan potensi-potensi untuk memenuhinya.

Tuhan Yesus sendiri juga dikirim ke bumi dengan sebuah misi dari Allah Bapa.

Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam bisnis Bapa-Ku?" – Lukas 2:49 NKJV

Jadi, aku memutuskan untuk mengemban bisnis Bapaku di Surga. Dan aku akan mengeluarkan potensi-potensi yang ada. Salah satu caranya, aku kembali menulis.

Aku berhenti menjadi perampok. Aku adalah mantan perampok.