Selasa, 24 Juni 2014

Terjepit, Terjebak, Terperangkap



Tekanan tidak menyenangkan. Apalagi tekanan-tekanan. Terjepit, terjebak dan terperangkap di dalamnya membuat kita sesak nafas. Dan komplikasi susah tidur. Semestinya, kita disarankan meraung-raung di pojokan pagi-siang-malam. Meratapi nasib. Sayangnya om Yakobus malah kirimin surat, minta kita bahagia. Aduh om. Pengertian sekali dikau.

Ini isi suratnya,
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan (sukacita yang teramat sangat), apabila kamu jatuh (bertemu dan masuk) ke dalam berbagai-bagai pencobaan.

Sebab kamu tahu (yakin dan mengertilah), bahwa ujian (pembuktian) terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan (dan kesabaran dan ketabahan). Dan biarlah ketekunanmu (dan kesabaran dan ketabahan) itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan suatu apapun.

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit (tanpa omelan ataupun ungkit-ungkit kesalahan)--, maka hal itu akan diberikan kepadanya.

Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang (ragu dan tidak yakin), sebab orang yang bimbang (ragu dan tidak yakin) sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati (pikiran yang ragu-ragu, bingung dan tidak yakin)  tidak tenang hidupnya (tidak stabil, tidak memiliki pendirian dan tidak bisa diandalkan mengenai segala sesuatu yang dia pikirkan, rasakan dan putuskan) .
.
.
.
Berbahagialah (diberkatilah dan membuat orang cemburu) orang yang bertahan (dan sabar) dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."

Hikmat yang om Yakobus adalah firman yang tertanam di dalam hati kita. Kita perlu menerima lalu mempraktekkan kalau kita mau keluar dari tekanan-tekanan. (Yakobus 1:21-22).

Dan kalau kita renungin lagi, kebimbangan kita adalah  mencari-cari persetujuan atau konfirmasi dari orang lain. Tidak adanya persetujuan membuat kita tidak mau melangkah. Tindakan ini memang tidak salah, tetapi ada beberapa firman yang memang sudah jelas maksudnya. Seperti memberi dua kali lipat dari yang diminta orang lain. Selain itu, Roh Kudus bisa berbicara langsung ke hati kita untuk menginsafkan, mengajar dan mengarahkan. Tidak perlu menunggu jawaban dari manusia terus menerus.

Jadi, saat terjepit, terjebak dan terperangkap, berbahagialah! Karena kita masih bisa minta hikmat dari Tuhan. Masih bisa mempraktekkan firman dan menghasilkan mental yang kokoh.  Dan masih bisa meraih mahkota kehidupan. Yeay!

Terima kasih om Yakobus.

*tanda kurung dalam ayat adalah penambahan berdasarkan Alkitab versi Amplified.
http://www.biblegateway.com/passage/?search=James%201















Rabu, 11 Juni 2014

Tahan Dulu Lidahmu

Saat seseorang menginjakkan kaki ke dalam rumah, orang ingin mengucapkan home sweet home. Dimana kita bertemu dan bersenda gurau dengan keluarga atau sahabat buat yang tinggal di kost. Kita bisa saling meledek di meja makan. Atau menceritakan kejadian-kejadian seru di sepanjang hari. Lalu kita mandi, merentangkan diri di tempat tidur yang sejuk lalu tidur. Mumet di kepala setelah lelah seharian di kantor, hilang sudah. 

Sayangnya, kita seringkali menghadapi kejadian yang tidak terduga. Banjir di kamar. Kita dimarahin. Atau kita mendapat tugas dadakan. Kamar berantakanpun membuat nuansa hati memburuk. Hari kita yang sudah berat semakin berat. Saat-saat seperti itu, tekanan darah naik drastis. Kita cenderung ingin melampiaskan amarah ke orang lain. Atau melontarkan uneg-uneg kita ke seluruh dunia. Kita ingin menangis. Kita ingin menyampaikan berkeluh kesah ke Tuhan. 

Tunggu, tahan dulu lidahmu. Sebelum berkeluh kesah, kita menilik kembali cara-Nya Tuhan yang ampuh. Supaya kita memiliki emosi dan pikiran kita tidak seperti roller coaster - tetap stabil. Yaitu Filipi 4:6-9 Kita memuji kebaikan Tuhan sepanjang hari. Tidak hanya itu, kita mengingatkan diri kita kembali janji Tuhan atas hidup kita. Kita juga berpikir yang positif mengenai orang yang melukai kita.


Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Yesus Kristus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu. - Filipi 4:6-9

Contoh doa yang sederhana: Tuhan, hari ini aku ditegur bos karena kerjaanku berantakan. Aku percaya Tuhan berkata kalau apa yang dikerjakan kedua tanganku pasti berhasil (2 Tawarikh 14:7). Dan aku memiliki Tuhan, sumber hikmat (Efesus 1:17), untuk menyelesaikan apa yang telah dipercayakan kepadaku. Aku bersyukur karena kasih karunia Tuhan cukup bagiku. Aku berterima kasih kalau bosku adalah biji matamu. Aku memberkati dia dengan hikmat dan pengenalan akan Engkau. Dalam nama Yesus aku berdoa, Amin. 

Simple. Kita bisa menambahkan ayat sesuai kebutuhan. Doa seperti ini bukan berarti kita mengira Tuhan tidak mengerti apa yang kita lalui. Dia mengetahui segalaNya. Tetapi Dia membutuhkan iman kita. Dan iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus (Roma 10:17). Percayalah, kondisi pikiran dan hati kita akan tenang dan damai. 

Selain itu, tambahkan juga sukacita dan perbuatan baik di Filipi 4:4-5. 
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!"

Jadi sebelum berkeluh kesah, tahan dulu lidahmu. Tersenyumlah dan ucapkan doa permohonan dengan penuh ucapan syukur. Sambil giat melakukan pekerjaan baik.

Kamis, 20 Maret 2014

Tuhan Sibuk Mengawasi Langkah Kita


Tujuh tahun lalu, seorang perempuan muda menginjakkan kaki di wilayah perkantoran mewah. Dia baru saja lulus ujian. Belum juga wisuda. Tetapi dia diterima sebagai Technical Writer di sebuah software house di Sudirman. Dia nyaman sekali bekerja di sana. Atasan baik. Teman-teman asyik. Kawasannya asri, bersih dan teratur. Banyak lagi ilmu yang dia dapatkan. Apalagi, ketika bos besarnya mencemplungkan dia di bidang Media, dia tambah bahagia dan nyaman.

Sayangnya, tidak ada yang stabil di dunia ini. Karena berbagai alasan plus doa, dia pindah ke perusahaan besar di wilayah Mangga Dua. Sebulan pertama, dia berusaha beradaptasi. Enam bulan berikutnya, dia masih juga berjuang beradaptasi. "Perpindahan ini membuat duniaku seperti roller coaster." tutur dia. Ternyata dia kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan, kultur dan wilayah di tempat kerja barunya yang berbeda sekali dengan kantor lama dia. Selain itu, keputusan pindah ini telah membuat efek domino ke segala area dalam kehidupannya. Alhasil, banyak hal yang biasanya bisa dikerjakan, tidak berhasil diselesaikan. Dan dia merasa malu, bersalah dan gagal. Pikiran mumet. Keluh kesah pun terlontar. Kondisi fisik pun menjadi sasaran empuk. Dia bertanya-tanya, apakah keputusannya salah? Apakah dia salah mendengar jawaban doa?

Hari ini, dia berkunjung ke Plaza Bapindo. Dia mau mengambil SPT. Teman-teman lamanya menatap dia. Mereka berkata dia tampak ceria dan sehat. Mereka masih mengalami apa yang telah dia tinggalkan. Kondisi yang sedang mereka alami tidak juga lebih ringan dari keadaan dia. Dia termenung saat dia duduk mikrolet 66 dalam perjalan pulang.

Tuhan mengingatnya pada sebuah kisah yang telah diabadikan ketiga murid-Nya; Matius, Markus dan Yohanes.
Pada suatu malam, beberapa mil dari pantai danau Galilea, murid-murid Yesus sedang berada di atas perahu. Tiba-tiba ada angin sakal - angin yang kencang (Yohanes 6:18). Mereka susah payah mendayung. Tetapi mereka tidak bisa juga sampai ke tujuan mereka, Betsaida (Markus 6:48).
Beberapa jam kemudian, Tuhan yang sudah selesai berdoa di atas bukit muncul dan melihat kesulitan murid-muridNya. Dia pun menghampiri mereka (Yohanes 6:19). Kemunculan Dia membuat mereka berteriak-teriak ketakutan (Markus 6:49). Karena Dia sedang berjalan di atas air! Mereka mengira telah melihat sosok hantu. Bahkan Petrus meminta pembuktian. Jika sosok itu adalah Yesus, maka Petrus bisa berjalan di atas air dan mendekat pada-Nya atas perintah-Nya. 
Lalu Tuhan membuktikan kepada Petrus dan murid-murid lainnya, kalau Petrus bisa berjalan hingga tiupan angin membuat nyalinya menciut dan dia pun mulai tenggelam. Tuhan mengulurkan tanganNya dan memegang Petrus. Dan Tuhan pun berkata, "Hai orang tidak percaya, kenapa kamu bimbang?" Setelah itu, Yesus naik ke perahu bersama Petrus. Angin sakal itu  pun reda. - Matius 14:22-23, Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21.

Uniknya, di dalam ketiga kitab injil itu tidak mencatat mereka ketakutan karena perahu mereka diombang-ambing gelombang. Mereka juga tidak berdoa meminta pertolongan Tuhan. Mereka hanya tercatat sedang bersusah payah melawan gelombang itu. Lalu Alkitab juga mencatat ketakutan mereka ketika melihat sosok Tuhan yang berjalan di atas air. Mereka mengira Dia adalah hantu.

Perempuan itu menarik kesimpulan kalau dia bisa nyaman sekali walau di tengah permasalahan yang sangat krusial di kantor lama dia. Seperti murid-murid Yesus susah payah mendayung di tengah angin sakal. Lalu Tuhan berinisiatif menolong dia, tetapi cara dan waktu-Nya tidak seperti apa yang diduganya. Dia pindah ke kantor baru dan ketakutan menghadapi segala perubahan yang harus terjadi. Sebenarnya, seperti Yesus terhadap Petrus, Tuhan ingin menarik perempuan ini melangkah dengan iman, berjalan bersama dengan Tuhan di tingkatan yang baru. Dia menolong dia. Sering banget. Sayangnya, perempuan ini masih bimbang kuasa Tuhan. Akhirnya dia masing sering terperosok dalam putaran kemumetan di pikiran dia. Dan tidak bergantung pada Tuhan.

Saat ini, Tuhan menyadarkan dia lewat kisah murid-murid Yesus. Dan janji-Nya di Mazmur 37:23-24 Amplified
The Steps of a [good] man are directed and established by the Lord when He delights in his way [and He busies Himself with his every step]. Though he falls, he shall not be utterly cast down, for the Lord grasps his hand in support and upholds him.
Tuhan mengarahkan dan menetapkan langkah-langkah orang baik yang hidupnya berkenan kepada-Nya [dan Dia menyibukkan dirinya di setiap langkahnya]. Sekalipun dia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menggengam tangannya dalam dukunganNya dan mengangkat dia naik. 
Jadi perempuan itu bertekad untuk tetap bertekun di dalam kondisi dia. Ketika dia sedang tidak yakin apa yang Tuhan sedang kerjakan dalam situasi dan kondisi yang dia alami, dia akan membaca Mazmur 37.
Mengambil satu langkah itu baik besar ataupun kecil adalah sebuah keputusan yang tidak mudah.Tetapi bertahan pada keputusan itu dan tetap percaya pada karakter Tuhan lebih tidak mudah. Bertekunlah dan kita melihat kuasa Tuhan terjadi dan perjalanan kita berhasil.