Rabu, 27 Mei 2009

My Aunt Birthday

Begitu sinar mentari menerangi kamarku, saya pun terbangun. Saya menatap mentari tersebut dan hatiku berbahagia mengingat hari ini adalah hari ulang tahunku. Saya menatap keponakanku yang masih tidur dan bertanya-tanya, Apakah dia ingat hari ini hari ulang tahunku?. Saya sungguh berharap dia ingat tapi saya tidak mau berandai-andai karena saya tidak mau kecewa. Bukankah kemarin dia bilang hari ini akan pulang malam karena mau cari tempat kost? Hm.. Sepertinya saya akan masak mie goreng saja, dan merayakan ulang tahunku sendirian.

Hari ini umurku bertambah satu tahun lagi. Di usiaku yang 64 tahun, tanpa suami dan anak-anak, saya cukup menikmati. Saya punya adik dan istrinya yang memberikanku tempat tinggal dan merawatku. Saya bisa dikatakan cukup bebas melakukan apa yang kuhendaki di rumah. Saya bisa makan, minum, jalan-jalan dan nonton. Saya juga diberikan pekerjaan untuk mengurusi keuangan bengkel. Satu hal yang tidak pernah kupikirkan, mereka juga memberiku kesempatan untuk jalan-jalan ke Amerika, mengunjungi keponakan-keponakanku yang merantau disana. Meskipun saya tidak memiliki anak-anak, saya menyayangi mereka seperti anakku sendiri.
Coba saja ya, kalau saya menikah, mungkin hidupku tidak seperti ini, tapi tidak tahu juga, bukan saya yang mengendalikan nasib.

Di hari ulang tahunku ini, saya melakukan hal-hal yang biasa kulakukan. Seperti biasa, saya membersihkan diri, menyiapkan sarapan dan ganti baju. Lalu begitu jam menunjukkan pukul 8 pagi, saya akan membuka bengkel dan betapa kagetnya seorang mantan pegawai datang ke bengkel. Dia bilang dia mau kerja lagi setelah 1 setengah bulan menghilang tanpa pemberitahuan. Dia bilang istrinya sakit dan harus pulang kampung dan dia berharap bisa kerja lagi. Saya menatap dia. Saya senang dia mau bekerja lagi, karena dia, banyak order yang kutolak karena tidak ada pegawai lain yang mampu mengerjakannya bagiannya. Tetapi pemilik bengkel ini adalah adik dan adik iparku, maka saya tidak bisa memberikan keputusan untuk merekrutnya kembali. Kebetulan mereka berdua lagi tidak ada di Jakarta. Di sisi lain, saya kasihan kepadanya. Setelah berpikir cukup lama, maka saya memutuskan untuk memberikan dia kerja part-time. Saya berkata kepadanya, selama dia datang ke bengkel, dia akan menerima gaji harian sampai adik dan adik iparku balik ke Jakarta dan mengambil keputusan. Dia menyetujui dan terhitung hari ini, dia bekerja part-time di bengkel.

Hari sudah beranjak sore, ketika saya menutup bengkel. Seperti biasa, saya mandi, menyiapkan makan malam dan nonton film komedi di TV. Ketika jam menunjukkan pukul 6.30, telepon berdering dan keponakanku yang telah menikah. Dia mau main ke rumah bersama anaknya dan dia telah tiba di depan rumah. Saya agak panik karena saya hanya masak mie goreng dan kurang cocok untuk dimakan anak berumur 3 tahun. Tetapi keponakanku itu menjawab, tidak usah khawatir, karena mereka bawa makanan. Lalu saya pun membuka pintu rumah dan si kecil menyanyikan lagu ‘Selamat ulang tahun’. Saya terkejut, darimana mereka itu ini hari ulang tahunku? Keponakanku ini lalu memberikan seikat bunga mawar merah yang segar. Sungguh warna yang indah dan saya sangat suka bunga. Dia lalu mencari keponakan yang tinggal bersamaku. Saya berkata padanya, hari ini dia pulang malam karena mau cari kost tapi dia tidak percaya. Dan ketika saya sedang berusaha memasukkan bunga mawar ke pot, terdengar pintu dibuka dan keponakanku yang tinggal bersamaku berteriak “Selamat ulang tahun Kuku”. Dan dia membelikanku sepotong kue ulang tahun. Saya benar-benar kaget dan bahagia sekali, ternyata mereka mengingat ulang tahunku bahkan sudah menyiapkan hadiah untukku. Ternyata keponakan-keponakanku pura-pura melupakan ulang tahunku dan mereka merencanakan semua ini untuk membuatku terkejut. Saya sungguh bahagia, ini adalah hari ulang tahun yang sangat istimewa. Ternyata apapun jalan yang kupilih, tetap ada hal-hal indah yang menantikanku.

Jumat, 22 Mei 2009

Bhinneka Tunggal Ika

“Neng, neng.. Gue kasih harga 10rb deh, mau gak?”
“Ayolah Ci. Harganya sudah tak kasih murah kok. Kalau kurang lagi, rugi ane”
“Bang, tunggu aku donk. Jalannya cepat banget si.”
“Mas, silahkan diminum kopinya”

Dari percakapan sehari-hari di tempat publik berasa banget kalau kita ini negara yang pluralisme. Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, warna kulit, bahasa, gaya rambut, fashion dan lain-lain (yang menunjukkan pluralisme dah). Di Indonesia, adalah hal yang wajar kalau 1 orang bisa berbagai macam bahasa. Contoh saja si A, Kakeknya orang Belanda, Neneknya orang Jawa, Ibunya orang Ambon. Kalau dirumah semua bahasa diajarin, fiuh, bisa memiliki 3 bahasa ibu, 2 bahasa yang pasti harus dikuasai di Indonesia; bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Maklum, soalnya di Indonesia tercinta, paham bahasa Indonesia saja kurang. Misalkan saja, ‘HP’ padahal bahasa eyd-nya ‘telepon genggam’. Bahkan pluralisme diambil dari kata Plural (bahasa Inggris), padahal bahasa eyd-nya ‘kemajemukan’. (Guru bahasa Indonesiaku, jangan marah kalau salah ya.. )

Kembali ke pluralisme lagi. Karena plurasime di Indonesia inilah, makanya para tokoh sejarah kita menciptakan ideologi bangsa Indonesia tercinta ini ‘Bhinneka Tunggal Ika’ = Berbeda-beda tetap tetap satu jua. Keren banget dah maknanya, gue percaya si maksud dari pembuat ideologi ini supaya bangsa Indonesia ini bersatu dan jangan diporak-poranda oleh musuh lagi (konon, orang Belanda suka mengadu domba antar suku).

Terus bagaimana Bhineka Tunggal Ika diterapkan di Indosesia setelah merdeka selama 63 tahun? Setelah pelajaran PMP, PPkN, Sejarah bertahun-tahun, maknanya ada yang berhasil masuk ke hati orang-orang. Kalau gak, bisa-bisa banyak perusahaan (secara umum) yang mencari pegawai dengan persyaratan:
Dicari Business Analyst untuk perusahaan XXX yang memenuhi kriteria berikut ini:
1. Suku: XXX
2. Agama: XXX
3. Lulusan S1 Teknik Komputer
4. Minimal usia 22 tahun

Pemikiran berikutnya: siapakah yang disebut bangsa Indonesia yang berhak menikmati ideologi ini? Apakah hanya mayoritas? Suku tertentu? Agama tertentu? Bahasa tertentu? Menurutku, secara teoritis dan seharusnya secara praktek, semua orang yang memiliki KTP Indonesia bahkan kalau perlu paspor Indonesia (yang asli tentunya).

Saya bersyukur dalam prinsip kerajaan surga, tidak seorangpun yang dibeda-bedakan. Mau rambutnya ikal asli atau di-digi wave. Yang giginya tinggal 5 atau giginya yang masih lengkap. Yang jago masak atau jago makan. Semuanya menerima kasih, berkat dan pengharapan dari Tuhan. Justru Dia sendiri mengatakan dari perbedaan-perbedaan kita dalam segi tujuan, pribadi, potensi tanpa dibatasi oleh fisik, kita semua adalah anggota-anggota tubuhNya yang saling mendukung satu sama lain dalam pembentukan karakter Kristus, pelayanan dan mencapai Amanat Agung yang dia berikan. Tidak mungkin kan kaki berkata ke tangan kalau mereka tidak membutuhkan satu sama lain?

Tuhan Yesus tidak membeda-bedakan orang ketika Dia mati di kayu salib untuk menebus manusia. Dia tidak berkata ‘Saya mati untuk menebus orang yang IQ nya diatas 100.’ atau ‘Saya mati untuk menebus orang yang paling banyak berbuat kebajikan’. Dia menebus untuk semua manusia karena semua manusia telah jatuh dalam dosa yang mengakibatkan terputusnya hubungan antar manusia dan Pencipta kita. Hanya 1 caranya yaitu: kita dengan iman, percaya Dialah Tuhan, Mesias dan mengakui dosa-dosa kita kepadaNya.