Rabu, 24 Februari 2016

Apa itu Kesalahan?

“Kesalahan adalah bahan pelajaran bukan perulangan,” pikirku. Setiap kali aku melakukan kesalahan, aku selalu memutuskan untuk tidak mengulanginya. Dua kali jatuh di lubang yang sama adalah kebodohan. Tetapi nyata-nyatanya, aku melakukan kesalahan yang sama berkali-kali. Aku mulai berpikir, aku ini bodoh. Aku tidak akan mampu keluar di lubang itu.

Salah satu perulangan yang aku perbuat adalah tertarik sama orang. Aku tahu tertarik dengan orang bukanlah kesalahan. Aku manusia. Aku suka sama lawan jenis dan dia juga manusia. Orang yang aku tertarik itu orang normal; punya karier, karakter yang bagus, keuangan yang baik, cinta Tuhan dan peduli sesama. Namun, aku selalu berakhir dengan hati patah dan air mata berderai padahal tidak pernah jadian. Aku sudah “menjaga hati” loh.

Apakah itu 'menjaga hati'?
Aku dulu berpikir kedua patah kata itu berarti menjaga jarak. Semakin aku menyadari ketertarikanku, semakin aku menjauh. Aku bahkan berdoa supaya Tuhan menjauhkan dirinya dari diriku. Mungkin Dia bisa membuat keadaan. Orang-orang mungkin berpikir, aku ini aneh. Tetapi aku memang “aneh” dengan pemikiran seperti itu. Apalagi kalau mereka mengetahui keinginanku akan pernikahan.

Setelah patah hati berulang-ulang dan aku juga bingung bagaimana sebuah hati mampu patah berkali-kali. Aku merasa kesamber ketika aku menyadari makna 'menjaga hati'.  
Menjaga hati = Tidak Berekspektasi
Persamaan matematika ini perlu disorot dengan dua tinta warna favoritku; hijau dan merah muda. Aku baru menyadari, aku memang menjaga jarak secara fisik dengan sang calon kekasih idaman yang tak kunjung jadian ini. Namun pikiranku tidak mengurangi jarak; jarak antara fantasi dengan realita. Aku mengimpikan dan berharap, dia tertarik padaku dan kita mengarungi lautan bersama-sama. Ya ampun!

Persamaan matematika inilah yang akhirnya menyelamatkanku dari halusinasi. Plus PVM - Rediscover, Develop and Celebrate Your True Self dan bimbingan dari mentorku sangat membantuku. Aku tidak perlu dikarantina di rumah sakit korban patah hati. Fiuh. Dan aku bisa lebih awas ketika pikiranku mulai melalang buana ke dunia yang berbeda.

Lalu bagaimana dengan pikiranku soal kesalahan? Pernyataan itu masih benar kok. Dia cuman membutuhkan tambahan.
Kesalahan adalah bahan pelajaran bukan perulangan, asal kita mendapat pengertian untuk mempraktekkan solusi dengan tepat.

Sabtu, 16 Januari 2016

Pelukis, Kanvas, Pensil Warna Dan Goresan


Jika Bapa kita di Surga adalah seorang pelukis, maka masing-masing kita adalah kanvas-Nya. Lalu orang-orang di sekitar kita; keluarga, teman, kolega, dan lain-lain adalah pensil-pensil berwarna.

Kira-kira, apakah yang dilakukan Sang Pelukis terhadap kanvas? Tentu Dia tidak akan membuat kanvas itu tetap putih. Dia akan membuat Maha Karya. Dia akan menggoreskan garis, lekukan dan arsiran dengan berbagai pensil warna. Ketiga hal itu melambangkan kejadian-kejadian yang kita alami bersama orang-orang di sekitar kita. Mungkin kita berolahraga bersama, beradu pendapat, memberikan hadiah, bersikap menyebalkan atau hanya sekedar berpapasan. Tidak ada biru, kuning, jingga, hijau, ungu yang kebetulan mampir di sebuah kanvas. Semua telah direncanakan oleh Sang Pelukis dengan teliti dan cermat. Supaya hanya Maha Karya-Nya lah yang dihasilkan.

Kadangkala kita berpisah terlalu cepat dengan orang yang kita senangi. Atau kita perlu berhubungan dengan orang yang kita tidak suka. Kita bertanya-tanya, “Salahku dimana sehingga warna ini perlu muncul dan mengisi sebagian besar kanvasku?” Kita ingin Sang Pelukis mengganti pensil warnanya. Kita bahkan berdoa untuk itu. Namun, Sang Pelukis terus menerus menggunakan pensil tersebut. Kita bisa memilih menjadi kanvas yang berdiam tetap karena percaya pada kreatifitas-Nya. Atau kita menjadi kanvas bergetar yang membuat Sang Pelukis perlu menghapus lalu memperlama penggunaan pensil warna yang sama hingga kita terdiam. Karena Sang Pelukis telah mengambil keputusan terbaik untuk menghasilkan Maha Karya-Nya.

Lalu apa yang perlu kita pikirkan supaya kita menjadi kanvas yang berdiam tetap?

Pertama, bersyukur karena tidak ada kejadian yang di luar kendalinya Sang Pelukis. Roma 8:28 - Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Kedua, mengingatkan dan menguatkan diri sendiri kalau goresan pensil warna yang tidak kita sukai bukan untuk selama-lamanya. Dan kita akan menjadi Maha Karya-Nya.  2 Korintus 4:17 - Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kamu kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.

Ketiga, berpikir yang baik dan benar. Kita tidak mengeluh tetapi mencari tahu apa yang ingin Tuhan ajarkan lewat pertemuan tersebut. Amsal 27:17 - Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Keempat, percayalah pada Dia saat kita tidak mengerti segala hal yang kita hadapi. Karena Dialah telah memiliki semua rancangan dari awal hingga akhir. Yeremia 29:11 – Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh pengharapan.

Jadi sebagai kanvas, marilah kita berdiam diri. Izinkanlah Sang Pelukis menggambar dengan leluasa di atas kanvas.


Tentara Allah