Senin, 22 Oktober 2012

Ketika Nyawa Tak Lagi Berarti

Aku membaca sebuah berita di sebuah situs terpercaya. Bom meledak di Poso. Dua orang Brigadir dan satu orang satpam terluka. Menurut berita, peledakan ini adalah bentuk pengalihan perhatian sebuah kelompok. Peledakan bom sendiri bukan kejadian pertama di Poso. Juga bukan pertama kalinya di bumi Indonesia. Sekelompok organisasi merancang pengeboman. Melukai orang-orang. Dan beberapa kasus pengeboman ini menewaskan banyak orang. Demi kepentingan sekelompok orang.

Beberapa waktu lalu, seorang murid sekolah dibunuh. Dia tidak melakukan kesalahan apapun. Dia dan teman-temannya hanya makan di wilayah kekuasaan sekolah lain. Pemilik wilayah tersebut merasa terjajah. Tawuran pun terjadi. Dia pun terbunuh karena dia gagal melarikan diri. Demi sebuah teritori.

Pembunuhan juga terjadi pada makhluk tak berdaya. Janin namanya. Tidak ada data yang akurat menerangkan tingginya tingkat aborsi. Hanya diperkirakan ada 2,5 juta orang Indonesia yang pernah melakukan aborsi. Setengah pelakunya adalah pelajar. Demi sebuah nama baik.

Selain kisah di atas, banyak lagi kasus yang berhubungan dengan nyawa yang tidak berarti. Anak membunuh orang tua karena tidak diberi uang. Suami membacok istri karena amarah. Iri dengan kekayaan tetangga, tetangga pun dibunuh. Kita bisa melihat di berita setiap harinya. Pernahkah terpikirkan oleh kita semua, semua yang kita inginkan bisa tercapai tanpa menghilangkan nyawa?

Nama baik, teritori, kekayaan, tujuan dan masa depan yang indah.

Kalau niat kita tulus, baik dan benar di mata Tuhan, tidakkah Tuhan akan membela kita? Tidakkah Dia akan menyertai kita dalam setiap pekerjaan tangan kita? Tidakkah Tuhan mengetahui kerinduanmu?

Teman-temanku, ingatlah selalu Tuhan yang menciptakan semua manusia. Kita, orang yang kita suka ataupun benci adalah ciptaan Tuhan. Dia yang membentuk kita semua di rahim seorang ibu. Dan Tuhan mengenal luar dalamnya kita. Tak satupun dari kita, berhak mengambil nyawa seseorang. Lalu izinkan Tuhan berbicara mengenai hati kita, untuk apa Dia menciptakan kita semua.
Mazmur 139
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.
Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.
Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah, yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia. Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku. Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Kamis, 04 Oktober 2012

Sebuah Doa


Teman-teman,

Aku yakin di setiap hati kita pasti ada suatu kerinduan. Ada yang rindu memiliki pekerjaan baru. Ada yang mengharapkan klien-klien baru untuk perusahaan. Ada pula yang menanti-nantikan buah hati. Apapun kerinduan kalian, sama, aku juga memiliki kerinduan.

Aku merindukan papa mamaku bisa melihat kebaikan dan kebesaran Tuhan. Aku menginginkan karier di kantorku berkembang. Aku ingin menikah dan memiliki anak-anak. Aku mau tinggal di rumah petak dengan halaman yang luas. Aku mengharapkan sebuah mobil pribadi. Dan masih, masih banyak lagi.

Dan sama seperti kalian teman-teman, aku juga mengalami "tidak semua orang mengerti hati kita". Mereka mengira kita tidak berbuat apa-apa untuk mendapat hasilnya. Mereka hanya berbicara. Sekalipun mereka memberikan solusi, itu sesuatu yang bertentangan dengan kepercayaan dan hati nurani kita.

Mereka yang sudah mendapatkan semuanya itu, tidak menyadari betapa sakit dan melelahkannya sebuah penantian.

Teman-teman, sebagai sesama yang menantikan kerinduan menjadi nyata. Mari kita saling mendoakan satu sama lain.

Tuhanku berkata
Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. - Yesaya 40:31

Bagi kita yang sudah khawatir apakah kerinduan kita pasti, Tuhan menulis
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. - Filipi 4:6-7

Jadi teman-teman, ayo kita tetap berharap supaya kerinduan itu menjadi nyata.

Serupa Tuhan Yesus


Kita manusia kebanyakan memilih yang sudah “jadi”. Misalkan, saat penerimaan siswa baru, sekolah bergengsi hanya mau menerima yang pintar. Saat interview di kantor, bos maunya calon karyawan yang lulusan universitas luar negeri, memiliki banyak skill, santun, bekerja keras dan sebagainya. Bahkan mengenai pasangan hidup, kita maunya orangnya sudah cinta Tuhan, pemimpin di keluarga, mapan dan berintegritas.

Aku tidak berkata memilih yang sudah “jadi” itu salah. Karena waktu kita tidak banyak. Bisnis berjalan terus. Sekolah mungkin ingin mempertahankan reputasinya. Dan aku tidak yakin ada yang tahan dengan pasangan hidup yang boros, malas dan suka bohong lagi. Proses membentuk karakter dan skill seseorang itu membutuhkan kasih, waktu, uang dan kesabaran. Kita tidak pernah tahu jangka waktunya. 5? 10? Atau 20 tahun? Belum lagi dia jatuh bangun – Yang dulunya malas, sudah disiplin, eh balik lagi malas karena berbagai persoalan dalam hidupnya.

Satu-satunya pribadi yang bersedia memilih orang yang belum "jadi" dan kuat menanggung proses pembentukan karakter dan skill ini adalah Tuhan. Dan Dia berani memegang orang yang sulit. Salah satu orang tersebut adalah aku.

Dulunya, aku adalah orang yang penuntut. Aku mau segala sesuatu itu sempurna. Bahkan kadang aku melukai orang lain. Timbul rasa bersalah, tetapi akhirnya cuek ketika orang tersebut berbicara padaku. Kalau mereka tidak mau ngomong lagi, cuekin saja. Selain penuntut, aku juga pemalu dan tidak banyak berbicara. Aku gampang berpikiran negatif. Kalau ada orang berbicara kasar atau asal kepadaku, aku bisa berpikir jahat untuk balas dendam. Aku hanya mau membantu orang yang tahu berterima kasih. Istilahnya kekanak-kanakan. Nilai-nilaiku juga biasa saja. Orang tuaku sudah angkat tangan. Aku ditegur dan dimarahin selama 20 tahun, tetap tidak berubah. Dan aku juga ingin berubah. Sekalipun keinginan itu kuat, aku tak sanggup berubah. Sangat frustasi.

Di tengah frustasi itulah, Tuhan memanggil aku.
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. " – 1 Korintus 1:27-31
PanggilanNya tidak serta merta mengubah aku. Pertama-tama, dia memberikan aku hati yang baru. Hati yang percaya dan mengasihi Tuhan.

Kamu akan Kuberikan hati yang baru , dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. – Yehezkiel 36:26

Dosa-dosaku diampuni. Aku pun mengangkat Dia menjadi Rajaku. Dan dimulai dari hari itu, aku bisa berubah. Aku mulai berpikir positif. Aku bisa memaafkan dan meminta maaf. Orang tuaku bingung melihat aku minta maaf. Aku mulai berani berbicara dan menyatakan pikiranku dalam diskusi. Sisi perfeksionisku juga dikikis Tuhan. Dia mengajarkan aku untuk melihat kebutuhan orang. Mendoakan orang lain. Mendukung dan menguatkan satu sama lain. Belum sempurna, tetapi lagi dibentuk menjadi serupa dengan Dia.

Tuhan juga mempercayakanku dengan banyak hal. Orang-orang dan pekerjaan baru tidak pernah kupegang sebelumnya. Semua hal yang selama ini kuhindari, dipercayakan ke aku. Menakutkan. Tetapi Dia juga memberikan penyediaan yang baru; kasih yang melimpah. Berkat yang selalu ada sehingga aku tidak pernah kekurangan. Intinya, Tuhan membentuk aku. Untuk percaya dan bersandar padaNya, atau aku mengandalkan kemampuanku. Impianku untuk menulis pun mulai terlihat ada harapan.

Sepintar-pintarnya tupai melompat, pasti jatuh juga. Yep, aku pernah gagal. Berkali-kali malah. Cara berbicaraku membuat orang lain terluka. Aku dikoreksi berkali-kali supaya skill-ku berkembang. Dan aku bahkan pernah kecewa dengan Tuhan. Karena janji-janjiNya atas hidupku belum kelihatan. Tetapi Tuhan itu maha tahu kelemahan dan keinginan hatiku. Dia tetap mau membentuk aku, padahal dari sudut pandangku, aku telah mengecewakanNya. Aku menjauhiNya di setiap kesempatan, Alkitab pun tak kubaca. Tetapi Tuhan tidak pernah putus asa.

Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. Aku akan membangun engkau kembali, sehingga engkau dibangun, hai anak dara Israel! Engkau akan menghiasi dirimu kembali dengan rebana dan akan tampil dalam tari-tarian orang yang bersukaria. Enkau akan membuat kebun anggur kembali di gunung-gunung Samaria; ya, orang-orang yang membuatnya akan memetik hasilnya pula. Sungguh, akan datang harinya bahwa para penjaga akan berseru di gunung Efraim: Ayo, marilah kita naik ke Sion, kepada TUHAN, Allah kita! – Yeremia 31:3-6 

Bukankah Tuhan itu luar biasa? Aku tidak pernah menemui pribadi sesabar, sebaik, setia dan semurah hati Dia. KarakterNya yang membuatku bisa bertahan dalam proses pembentukan ini. Aku juga percaya akan banyak hal baik yang juga menanti aku di dalam proses ini.

Jadi, mau ikutan diproses Tuhan dan menjadi manusia yang serupa Dia?