Aku adalah Mantan Perampok
Tadi sore, aku duduk bareng dengan mentorku di sebuah lobi apartemen.
Kita duduk di sofa Itali yang empuk. Kita berbincang-bincang mengenai dirinya
dan diriku. Lalu aku terhantam suatu kebenaran yang menyakitkan. Aku menyadari,
aku ini seorang perampok.
Jika kalian menatap aku, kemungkinan besar kalian takkan
menduga aku perampok. Aku tidak berperawakan tinggi dan kekar. Aku juga tidak
bersuara lantang dan mengintimidasi. Aku tipe anak manis dan penurut. Tetapi
aku mengambil dengan paksa, barang berharga yang bukan hanya untukku saja.
Apa barang itu?
Baiklah. Aku telah mengambil suatu kebenaran dari kalian. Kebenaran
itu, kalau sampai kalian menerimanya, kalian akan hidup merdeka.
Saat ini, sadarkah kalian apa yang telah kurampok? Kemerdekaan
kalian.
Kebenaran ini kusimpan di kotak harta karunku. Tak seorangpun bisa mengambilnya
tanpa persetujuan aku. Dan aku terus menimbun serta menambahkannya seperti
orang serakah yang tak pernah puas.
Aku keji? Memang. Dan
aku minta maaf.
Aku mengakui, pikiranku salah. Aku menganggap diriku kurang
mampu untuk menyampaikan kebenaran kepada kalian. Selain itu, aku berpendapat,
banyak penulis yang lebih cakap dibanding
aku. Jadi, semuanya tetap akan berjalan sekalipun aku diam.
Namun, setelah aku membaca buku Dr. Myles Munroe dan
berbincang dengan mentor. Aku menyadari, kehadiran kita ke dunia, membawa
sebuah maksud dari Allah Bapa. Di dalam maksud tersebut, Sang Penenun tak lupa
memasukkan potensi-potensi untuk memenuhinya.
Tuhan Yesus sendiri juga dikirim ke bumi dengan sebuah misi
dari Allah Bapa.
Jawab-Nya
kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku
harus berada di dalam bisnis Bapa-Ku?" – Lukas 2:49 NKJV
Jadi, aku memutuskan untuk mengemban bisnis Bapaku di Surga.
Dan aku akan mengeluarkan potensi-potensi yang ada. Salah satu caranya, aku kembali
menulis.
Aku berhenti menjadi perampok. Aku adalah mantan perampok.