Jumat, 06 Desember 2013

Gih, Lemparkan Batu!

Hoah. Ada apa ini? Kok tiba-tiba Julie mengajak teman-teman melempar batu?

Yap, aku mau mengajak teman-teman untuk melempar batu. Alasannya, aku terpukau dengan salah satu kisah nyata di Alkitab. 

Begini ceritanya. Seorang wanita diseret di hadapan Yesus oleh orang Farisi. Wanita ini telah tertangkap berzinah. Menurut hukum Musa di Ulangan 22:20-21, jika seorang wanita yang sudah tidak perawan sebelum malam pernikahan, dia harus dirajam batu. Karena di dalam cerita ini tidak ada pria yang tertangkap, maka aku menduga wanita ini tidak sedang bersama pria yang bukan suaminya.

Orang Farisi pun menuntut jawaban Yesus. Mereka ingin mencari kesalahan-Nya supaya Dia dihukum mati. Tindakan Yesus yang "tampaknya" kontroversi dengan hukum taurat telah membuat darah para ahli Taurat mendidih. Yesus hanya membuat sebuah pernyataan.
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Para ahli taurat ini tercengang dengan jawabanNya. Tetapi cukup tertuduh karena mereka sadar mereka juga berdosa. Mereka lalu pergi meninggalkan Yesus dan wanita yang kedapatan berzinah itu. Yesus lalu memaafkan wanita itu. Dia hanya titip pesan yang serius, untuk tidak berbuat dosa lagi.

Cerita ini berakhir indah. Tuhan mengingatkan kita kalau kita adalah orang yang berbuat dosa. Dan kita butuh menerima pengampunan dari-Nya.

Sekarang, aku ingin ajak teman-teman meninggalkan kisah happy ending ini. Dan zoom in untuk melihat orang-orang Farisi yang meninggalkan mereka berdua.

Kita jangan menertawakan mereka yang K.O dengan perkataan Tuhan Yesus. Tetapi kita, jika cukup rendah hati, bisa mengevaluasi diri dari para ahli taurat ini. Ahli Taurat ini adalah orang yang intelek. Posisi mereka sangat penting di Israel. Jubah mereka sangat bagus. Sayangnya, posisi, penampilan dan kepintaran mereka membuat mereka suka meremehkan orang lain. Teman-teman bisa membacanya di Lukas 18:9-14 "Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai".

Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.

Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang yang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Dari perumpamaan ini kita bisa melihat, ciri-ciri orang Farisi adalah mereka suka membanding-bandingkan diri mereka dengan orang yang tampaknya jelek di mata dia. Dari segi pekerjaan, status, moral dan sebagainya. Mereka melihat diri mereka adalah orang tidak bercela. Dan dengan cepat, mereka menghakimi orang lain seperti kasus mereka terhadap wanita yang kedapatan berzinah. 

Tetapi kita kan tidak pernah mempraktekkan merajam batu. Ini abad 21 gitu loh. Di Indonesia pula. Tetapi kita melemparkan hal-hal yang lebih menyakitkan. Kita mengatai-ngatai orang yang kita tidak suka di belakangnya. Kita mengutuki dia. Kita senang memikirkan hal-hal buruk yang menimpa dia. 
Intinya, kita ingin melukai dia dan hanya merasa puas kalau orang tersebut terluka, dijauhi orang banyak seperti orang itu atau orang lain telah melukai kita.
Dan apakah kita sadar, tindakan itu lebih kejam? Dia harus menanggung rasa bersalah, rendah diri, tertolak dan sebagainya. Kita pelan-pelan membunuh jiwanya. Dia mengalami tekanan tersebut bertahun-tahun, sedangkan dirajam mati hanya berlangsung beberapa jam. Catatan: aku tidak mengajak teman-teman melakukan pembunuhan ya.

Apakah kita seperti itu? Apakah kita mau menjadi orang farisi?
Jika tidak mau, maafkanlah mereka sampai kita tidak lagi emosi mengingat tindakan dia terhadap kita. Doakan mereka dan

"Gih, lemparkan batu-batu yang berisikan pujian, kasih, berkat ke orang tersebut!"
Supaya mereka bisa membangun diri mereka :)