Kamis, 04 Oktober 2012

Serupa Tuhan Yesus


Kita manusia kebanyakan memilih yang sudah “jadi”. Misalkan, saat penerimaan siswa baru, sekolah bergengsi hanya mau menerima yang pintar. Saat interview di kantor, bos maunya calon karyawan yang lulusan universitas luar negeri, memiliki banyak skill, santun, bekerja keras dan sebagainya. Bahkan mengenai pasangan hidup, kita maunya orangnya sudah cinta Tuhan, pemimpin di keluarga, mapan dan berintegritas.

Aku tidak berkata memilih yang sudah “jadi” itu salah. Karena waktu kita tidak banyak. Bisnis berjalan terus. Sekolah mungkin ingin mempertahankan reputasinya. Dan aku tidak yakin ada yang tahan dengan pasangan hidup yang boros, malas dan suka bohong lagi. Proses membentuk karakter dan skill seseorang itu membutuhkan kasih, waktu, uang dan kesabaran. Kita tidak pernah tahu jangka waktunya. 5? 10? Atau 20 tahun? Belum lagi dia jatuh bangun – Yang dulunya malas, sudah disiplin, eh balik lagi malas karena berbagai persoalan dalam hidupnya.

Satu-satunya pribadi yang bersedia memilih orang yang belum "jadi" dan kuat menanggung proses pembentukan karakter dan skill ini adalah Tuhan. Dan Dia berani memegang orang yang sulit. Salah satu orang tersebut adalah aku.

Dulunya, aku adalah orang yang penuntut. Aku mau segala sesuatu itu sempurna. Bahkan kadang aku melukai orang lain. Timbul rasa bersalah, tetapi akhirnya cuek ketika orang tersebut berbicara padaku. Kalau mereka tidak mau ngomong lagi, cuekin saja. Selain penuntut, aku juga pemalu dan tidak banyak berbicara. Aku gampang berpikiran negatif. Kalau ada orang berbicara kasar atau asal kepadaku, aku bisa berpikir jahat untuk balas dendam. Aku hanya mau membantu orang yang tahu berterima kasih. Istilahnya kekanak-kanakan. Nilai-nilaiku juga biasa saja. Orang tuaku sudah angkat tangan. Aku ditegur dan dimarahin selama 20 tahun, tetap tidak berubah. Dan aku juga ingin berubah. Sekalipun keinginan itu kuat, aku tak sanggup berubah. Sangat frustasi.

Di tengah frustasi itulah, Tuhan memanggil aku.
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. " – 1 Korintus 1:27-31
PanggilanNya tidak serta merta mengubah aku. Pertama-tama, dia memberikan aku hati yang baru. Hati yang percaya dan mengasihi Tuhan.

Kamu akan Kuberikan hati yang baru , dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. – Yehezkiel 36:26

Dosa-dosaku diampuni. Aku pun mengangkat Dia menjadi Rajaku. Dan dimulai dari hari itu, aku bisa berubah. Aku mulai berpikir positif. Aku bisa memaafkan dan meminta maaf. Orang tuaku bingung melihat aku minta maaf. Aku mulai berani berbicara dan menyatakan pikiranku dalam diskusi. Sisi perfeksionisku juga dikikis Tuhan. Dia mengajarkan aku untuk melihat kebutuhan orang. Mendoakan orang lain. Mendukung dan menguatkan satu sama lain. Belum sempurna, tetapi lagi dibentuk menjadi serupa dengan Dia.

Tuhan juga mempercayakanku dengan banyak hal. Orang-orang dan pekerjaan baru tidak pernah kupegang sebelumnya. Semua hal yang selama ini kuhindari, dipercayakan ke aku. Menakutkan. Tetapi Dia juga memberikan penyediaan yang baru; kasih yang melimpah. Berkat yang selalu ada sehingga aku tidak pernah kekurangan. Intinya, Tuhan membentuk aku. Untuk percaya dan bersandar padaNya, atau aku mengandalkan kemampuanku. Impianku untuk menulis pun mulai terlihat ada harapan.

Sepintar-pintarnya tupai melompat, pasti jatuh juga. Yep, aku pernah gagal. Berkali-kali malah. Cara berbicaraku membuat orang lain terluka. Aku dikoreksi berkali-kali supaya skill-ku berkembang. Dan aku bahkan pernah kecewa dengan Tuhan. Karena janji-janjiNya atas hidupku belum kelihatan. Tetapi Tuhan itu maha tahu kelemahan dan keinginan hatiku. Dia tetap mau membentuk aku, padahal dari sudut pandangku, aku telah mengecewakanNya. Aku menjauhiNya di setiap kesempatan, Alkitab pun tak kubaca. Tetapi Tuhan tidak pernah putus asa.

Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. Aku akan membangun engkau kembali, sehingga engkau dibangun, hai anak dara Israel! Engkau akan menghiasi dirimu kembali dengan rebana dan akan tampil dalam tari-tarian orang yang bersukaria. Enkau akan membuat kebun anggur kembali di gunung-gunung Samaria; ya, orang-orang yang membuatnya akan memetik hasilnya pula. Sungguh, akan datang harinya bahwa para penjaga akan berseru di gunung Efraim: Ayo, marilah kita naik ke Sion, kepada TUHAN, Allah kita! – Yeremia 31:3-6 

Bukankah Tuhan itu luar biasa? Aku tidak pernah menemui pribadi sesabar, sebaik, setia dan semurah hati Dia. KarakterNya yang membuatku bisa bertahan dalam proses pembentukan ini. Aku juga percaya akan banyak hal baik yang juga menanti aku di dalam proses ini.

Jadi, mau ikutan diproses Tuhan dan menjadi manusia yang serupa Dia?

Tidak ada komentar: