Jumat, 22 Mei 2009

Bhinneka Tunggal Ika

“Neng, neng.. Gue kasih harga 10rb deh, mau gak?”
“Ayolah Ci. Harganya sudah tak kasih murah kok. Kalau kurang lagi, rugi ane”
“Bang, tunggu aku donk. Jalannya cepat banget si.”
“Mas, silahkan diminum kopinya”

Dari percakapan sehari-hari di tempat publik berasa banget kalau kita ini negara yang pluralisme. Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, warna kulit, bahasa, gaya rambut, fashion dan lain-lain (yang menunjukkan pluralisme dah). Di Indonesia, adalah hal yang wajar kalau 1 orang bisa berbagai macam bahasa. Contoh saja si A, Kakeknya orang Belanda, Neneknya orang Jawa, Ibunya orang Ambon. Kalau dirumah semua bahasa diajarin, fiuh, bisa memiliki 3 bahasa ibu, 2 bahasa yang pasti harus dikuasai di Indonesia; bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Maklum, soalnya di Indonesia tercinta, paham bahasa Indonesia saja kurang. Misalkan saja, ‘HP’ padahal bahasa eyd-nya ‘telepon genggam’. Bahkan pluralisme diambil dari kata Plural (bahasa Inggris), padahal bahasa eyd-nya ‘kemajemukan’. (Guru bahasa Indonesiaku, jangan marah kalau salah ya.. )

Kembali ke pluralisme lagi. Karena plurasime di Indonesia inilah, makanya para tokoh sejarah kita menciptakan ideologi bangsa Indonesia tercinta ini ‘Bhinneka Tunggal Ika’ = Berbeda-beda tetap tetap satu jua. Keren banget dah maknanya, gue percaya si maksud dari pembuat ideologi ini supaya bangsa Indonesia ini bersatu dan jangan diporak-poranda oleh musuh lagi (konon, orang Belanda suka mengadu domba antar suku).

Terus bagaimana Bhineka Tunggal Ika diterapkan di Indosesia setelah merdeka selama 63 tahun? Setelah pelajaran PMP, PPkN, Sejarah bertahun-tahun, maknanya ada yang berhasil masuk ke hati orang-orang. Kalau gak, bisa-bisa banyak perusahaan (secara umum) yang mencari pegawai dengan persyaratan:
Dicari Business Analyst untuk perusahaan XXX yang memenuhi kriteria berikut ini:
1. Suku: XXX
2. Agama: XXX
3. Lulusan S1 Teknik Komputer
4. Minimal usia 22 tahun

Pemikiran berikutnya: siapakah yang disebut bangsa Indonesia yang berhak menikmati ideologi ini? Apakah hanya mayoritas? Suku tertentu? Agama tertentu? Bahasa tertentu? Menurutku, secara teoritis dan seharusnya secara praktek, semua orang yang memiliki KTP Indonesia bahkan kalau perlu paspor Indonesia (yang asli tentunya).

Saya bersyukur dalam prinsip kerajaan surga, tidak seorangpun yang dibeda-bedakan. Mau rambutnya ikal asli atau di-digi wave. Yang giginya tinggal 5 atau giginya yang masih lengkap. Yang jago masak atau jago makan. Semuanya menerima kasih, berkat dan pengharapan dari Tuhan. Justru Dia sendiri mengatakan dari perbedaan-perbedaan kita dalam segi tujuan, pribadi, potensi tanpa dibatasi oleh fisik, kita semua adalah anggota-anggota tubuhNya yang saling mendukung satu sama lain dalam pembentukan karakter Kristus, pelayanan dan mencapai Amanat Agung yang dia berikan. Tidak mungkin kan kaki berkata ke tangan kalau mereka tidak membutuhkan satu sama lain?

Tuhan Yesus tidak membeda-bedakan orang ketika Dia mati di kayu salib untuk menebus manusia. Dia tidak berkata ‘Saya mati untuk menebus orang yang IQ nya diatas 100.’ atau ‘Saya mati untuk menebus orang yang paling banyak berbuat kebajikan’. Dia menebus untuk semua manusia karena semua manusia telah jatuh dalam dosa yang mengakibatkan terputusnya hubungan antar manusia dan Pencipta kita. Hanya 1 caranya yaitu: kita dengan iman, percaya Dialah Tuhan, Mesias dan mengakui dosa-dosa kita kepadaNya.

Tidak ada komentar: